Kunjungi KONI DIY, KONI Kota Malang Urai Berbagai Hal Keolahragaan


Pemecahan berbagai masalah olahraga mengemuka di aula kantor KONI Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Solusi itu mewarnai dialog gayeng saat KONI Kota Malang mengadakan studi banding ke KONI Provinsi Jogjakarta,  Kamis (14/12/2017).
Salah satu yang cukup seru dibicarakan adalah masalah mutasi atlet. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak daerah yang mengambil langkah instan dalam perekrutan atlet. Banyak daerah yang tidak mau melakukan pembinaan, dalam arti mencetak atlet sejak junior, tetapi langsung mencomot atlet yang punya nama besar. Tentunya dengan iming-iming finansial tinggi.
Dalam masalah ini, yang dirugikan tentu saja KONI yang telah bersusah payah mendidik atlet. Sudah keluar tenaga dan dana banyak, atlet andalannya malah mau "dibajak" daerah lain. "Masalah itu juga terjadi di Jogjakarta. Kami biasanya menahan mereka dengan pendekatan personal. Kami bilang kalau Anda hidup di Jogja, minum air-nya Jogja, maka tetap sumbangkan dedikasi dan prestasimu untuk Jogja," ungkap Rumpis Agus Sudarko, ketua bidang pembinaan prestasi KONI Provinsi Jogjakarta yang juga mantan dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Jogjakarta.
Kabid Pembinaan Organisasi KONI Provinsi Jogjakarta Triyandi Mulkan menambahkan, biasanya atlet menyiasati mutasi dengan kesepakatan antar-klub. Padahal, ada aturan yang lebih tinggi. Yakni aturan mutasi PON. Jika tidak sesuai dengan mekanisme aturan PON, berarti mutasi atlet itu ilegal. Bisa saja, si atlet malah tidak bisa membela daerah mana pun karena mutasinya bermasalah. "Biasanya provokasinya dari pelatih. Jika pelatih itu tidak dipakai oleh KONI, dia mulailah bergerak dengan menjadi makelar atlet," tandas pria yang pernah menjadi pengurus  PSSI pusat tersebut.
Masalah mutasi atlet memang pas ditanyakan ke KONI Provinsi Jogjakarta karena selama ini dikenal sebagai daerah yang getol membina atlet sendiri sejak junior. Padahal, anggarannya tidak terlalu besar. Tahun 2017 saja, KONI Provinsi Jogjakarta hanya menerima hibah total Rp 7,5 miliar.
Menjawab pertanyaan Ketua Umum KONI Kota Malang Bambang Dh Suyono soal sengkarut di  organisasi pengurus cabor (cabang olahraga), semisal kepengurusan ganda atau pengurus cabor kota/kabupaten yang tidak akur dengan pengurus cabor provinsi, Triyandi menjelentrehkan dengan penyelesaian dialog. Menurut dia, di Jogja juga terjadi sejumlah masalah internal cabor, bahkan cabor andalan seperi ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia). 
"Kami mengutamakan dialog positif. Kami ajak bicara apa masalahnya. Kadang kami harus tegas betul untuk menyelesaikan masalah cabor sesuai aturan. Kami tekankan kalau tidak mau ikut arahan kami, maka bantuan tidak diberikan sampai tidak ada pengakuan terhadap cabor tersebut," ungkapnya.
Dalam studi banding ini, rombongan KONI Kota Malang mencapai sekitar 30 orang yang dipimpin Ketua Umum Bambang Dh Suyono. Tampak pula Wakil Ketua Umum Damanhuri, Wakil Ketua Umum Husnun Djuraid, dan Sekretaris Umum Husni Ali, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Yudo Nugroho, Ketua Bidang Organisasi Mahmud Yunus, serta Ketua Bidang Pengumpulan dan Pengolahan Data Yunan Helmy yang juga wartawan MalangTIMES. Sedangkan dari KONI Provinsi Jogjakarta, hadir Ketua Umum dr Hadianto Ismangoen SpA. Dokter spesialis anak yang sebelumnya menjabat ketua umum PSSI Provinsi Jogjakarta itu didampingi Sekretaris Umum Agung Nugroho dan beberapa pengurus. 
"Banyak pelajaran positif yang bisa dipetik dari studi banding ini. Nanti bisa diterapkan di KONI Kota Malang," ujar Ketua Umum KONI Kota Malang Bambang Dh Suyono

sumber:
malangtimes.com
Share on Google Plus

About Hino k

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment