Begini Evaluasi KONI Jatim Terkait Hasil di PON XIX Jabar


Pengalaman PON XIX di Jabar September lalu,  membuat KONI Jatim akan  lebih selektif memilih pelatih untuk Puslatda Jatim menuju PON XX 2020 di Papua mendatang. 
Selekftifitas pemilihan atlet tidak hanya berlaku padapelatih lokal, tapi juga asing. Pelatih asing yang didatangkan harus pelatih berkualitas, karena anggaran yang dikeluarkan tidak sedikit.
Hal ini dikatakan Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung dalam pembukaan diskusi sehari "Evaluasi PrestasiJawa Timur di PON XIX 2016 Jawa Barat” di hotel Mercure, Surabaya, Senin (5/12).
Untuk mendatangkan pelatih asing, KONI mengeluarkan anggaran Rp 5 miliar setiap bulannya. Pelatih asing tersebut dikontrak untuk mengasah kemampuan atlet di Puslatda dalam menghadapi PON XIX 2016 di Jabar. "Banyak program persiapan PON Jabar yang dilakukan. Selain mendatangkan pelatih asing, KONI juga mengirim atlet berlatih ke luar negeri, agar atlet yang digembleng bisa mendapatkan prestasi bagus di PON Jabar," tuturnya.
KONI Jatim akan selektif dalam menunjuk pelatih yang akan menangani atlet Puslatda Jatim 2017. Pelatih tidak cukup mengandalkan bakat saja, tapi harus memiliki ilmu kepelatihan. "Jadi, pelatih harus bersertifikat. Tidak bisa jadi pelatih hanya karena pernah menjadi jagoan ketika masih menjadi atlet, karena teknik kepelatihan di era sekarang sudah berbeda," ujar Mantan Ketua POSSI Jatim ini, seperti dilansir dari Diskominfo Jatim.
"KONI mendatangkan pelatih asing bukan untuk memunafikkan pelatih lokal, tapi semata-mata perkembangan ilmu olahraga atau sport sciences luar biasa. Kunci prestasi atlet itu ada di pelatih," jelasnya.
Masih dalam rangka meningkatkan prestasi atlet, KONI Jatim juga melakukan tes kesehatan kepada seluruh atlet Puslatda PON XIX 2016 lalu. Hasilnya, 26 persen atlet yang menyumbangkan medali emas di berbagai even mengalami penurunan fungsi ginjal. Ada yang parah dan setengah parah.
Dari hasil tes kesehatan juga diketahui 52 persen atlet mengalami berbagai macam cidera. Sampai-sampai mayoritas atlet menolak melakukan tes, karena merasa tidak mengalami cedera.
Erlangga menyebut KONI belajar sport sciences ke Australia dan menemukan format bagaimana membina atlet dan semua aspek dikawal. "Akhirnya kami membentuk tiga pilar yang jadi pola pembinaan olahraga di Jatim, yaitu fisik, kesehatan dan psikologi," pungkasnya. 


Share on Google Plus

About Hino k

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment