Bridge, Olahraga Adu Strategi Keren yang Masih Perlu Perhatian


Mungkin bagi sebagian orang mendengar kata bridge tentu masih asing bagi mereka. Tapi bagi sebagian lagi yang sedikit paham, mungkin akan menilai bahwa bridge adalah salah satu jenis permainan kartu yang disetarakan dengan gaple atau poker.
Pendapat kedua tidak sepenuhnya salah, karena dari media permainan bridge memang menggunakan kartu layaknya yang dimainkan di pos-pos ronda, atau meja-meja judi kasino. Namun jika melihat model permainan serta filosofi yang terkandung, ternyata sama sekali tidak ada ‘aroma’ judi di dalamnya.
Bridge awalnya merupakan permainan kartu bangsa Eropa khususnya Belanda, yang hanya dimainkan oleh kaum-kaum intelektual. Menurut Sekretaris Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi) Kota Malang, Ismail Sudarsono, bridge harus dimainkan secara berpasangan, dan seperti juga catur, bridge juga merupakan olahraga adu strategi yang menuntut konsentrasi tinggi para pemainnya.
“Bridge dibawa bangsa belanda masuk Indonesia sekitar tahun 40-50an selanjutnya mulai berkembang di Indonesia pada medio 1960, dan selanjutnya memasuki Kota Malang pada tahun 70-an. Pada saat itu di Malang bridge banyak dimainkan oleh warga perantuan asal Sulawesi dan sebagaian mahasiswa dari UM (Universitas Negeri Malang) dan UB (Universitas Brawijaya),” papar Ismail.
Bridge Malang yang sebelum berafiliasi dengan Gabsi ini dulu bernama GBM (Gabungan Bridge Malang), dan selanjutnya resmi diterima sebagai keluarga besar KONI Kota Malang, baru pada tahun 2009/2010. Bergabung bersama KONI menurut Ismail memberikan banyak keuntungan bagi organisasinya, karena mereka semakin mudah untuk bisa mengikuti turnamen di luar kota.
Sayangnya hingga saat ini olahraga yang bisa dibilang keren ini masih belum bisa mendapatkan tempat di hati masyarakat. Terbukti, hingga saat ini baru ada tiga klub bridge di Kota Malang. Sedangkan universitas atau sekolah yang memasukkan bridge sebagai ekstra kulikuler baru ada di Universitas Brawijaya. Ismail mengatakan bahwa dahulu SMA Negeri 4 sempat memakai bridge sebagai salah satu ekskulnya, namun pergantian kepala sekolah di sana, rupanya juga berimbas kepada bridge, dan juga dukungannya.
“Sempat dahulu di SMAN 4 ada bridge, namun seiring pergantian kepala sekolah, rupanya mereka kurang berkenan dengan kami. Kini hanya tinggal di UB saja yang ada bridge nya,” tutur Ismail.
Ismail dan Gabsi Kota Malang bukanya hanya berpangku tangan atas peristiwa ini, mereka juga telah berusaha keras untuk bisa menggandeng dunia pendidikan, namun sayangnya hingga kini upaya mereka belum membuahkan hasil. Rata-rata sekolahan banyak menolak.
“Mereka (pihak sekolah) tidak pernah menjelaskan alasan penolakan mereka untuk bisa gandeng kami. Namun saya duga mungkin lantaran permainan olahraga kami menggunakan kartu, yang stigma nya memang kurang baik di masyarakat. Padahal bridge terbukti bisa meningkatkan daya ingat dan konsentasi siswa, namun sayangnya mereka mungkin kurang paham,” keluhnya.

Namun asa untuk bridge mulai bangkit, setelah kabarnya pada tahun mendaatang Olimpiade Olahraga Sekolah Nasional (02SN) akan mengakomodir bridge. Bagi Ismail ini kabar gembira, karena bila ini terjadi bisa dipastikan semua sekolah akan memiliki bridge sebagai salah satu ekstra kulikuler mereka.
Selain kendala dari dunia pendidikan yang berimbas pada minimnya rekruitmen atlet baru. Tantangan bridge juga hadir dari tempat latihan. Hingga sekarang Gabsi Kota Malang belum memiliki lokasi latihan permanen. Arena latihan mereka sementara berada di rumah para pengurus, yang tentu kurang maksimal jika digunakan berlatih bersama. Upaya mereka meminjam lahan dari pemerintah Kota Malang masih belum membuahkan hasil.
“Kita sempat berupaya meminjam tempat dari Dispora di salah ruang Stadion Gajayana. Semua surat sudah kami penuhi termasuk surat rekomendasi dari KONI, tapi sayangnya sejak beberapa tahun lalu hingga detik ini mereka belum memberikan jawaban pasti. Padahal jika tempat berlatih itu tersedia, tentu akan sangat membantu kami,” harap Ismail.

Meskipun terbilang kurang dikenal dan masih minim dukungan, namun soal prestasi bridge terbilang cukup bagus. Setiap Porprov mereka selalu menorehkan hasil baik. Selain itu jadwal tanding mereka juga tergolong padat, pada tahun ini saja tercatat mereka akan bertanding lebih dari 5 kali baik itu turnamen regional maupun nasional, mulai dari Bulan Agustus hingga Desember 2016 mendatang.
“Tahun ini jadwal kami memang cukup padat. Semoga saja kami bisa selalu berprestasi dalam tiap turnamen. Terimakasih kepada KONI Kota Malang yang selama ini sudah selalu mendukung kami. Semoga dalam waktu dekat, pihak-pihak yang lain juga mau mendukung olahraga kami yang memiliki banyak sisi positif ini,” pungkasnya.
Share on Google Plus

About Hino k

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment