Suprapto: Jagoan Atletik Veteran Berprestasi Internasional


Suprapto, usianya menginjak 60 tahun pada 1 Juni nanti. Ia juga telah memiliki lima cucu. Namun semangatnya untuk terus berlari dan membawa prestasi untuk Kota Malang masih kencang. Pada usia yang sudah lewat paruh baya, Suprapto masih mengikuti nomor lari 200 meter dan 400 meter. Tahun lalu, ia menjadi juara dua di Malaysia International Open.
Ia bukan tua-tua keladi, tapi tua-tua jago lari. Ya, tidak ada yang mengira bila Suprapto masih terus bercita-cita membawa pulang medali untuk Kota Malang. Perolehannya sebagai juara kedua pada lari 200 meter dan 400 meter di Malaysia International Open pada 27 – 28 November lalu menjadi bukti. Ia turun di kelas umur 55 – 60 tahun dan kini sedang bersiap untuk mengikuti berbagai gelaran lomba atletik master.
Bila ditanya mengapa masih saja semangat berolahraga, Suprapto menjawab bahwa olahraga telah menjadi bagain dari hidupnya. Saat masih muda, lelaki yang akrab disapa Prapto ini merupakan pemain sepak bola di klub Erlangga. Nasib tidak memilihnya lolos dalam seleksi Persema kala itu.
Suprapto sempat menggantungkan biaya hidup anak dan istrinya pada sepakbola. Bila sedang tidak ada pertandingan, tentu dia merasa bingung. Namun pada tahun 1979, dirinya dipanggil IKIP Malang (sekarang UM, red.) untuk dipekerjakan di bidang olahraga.
“Saya diikutkan penataran menjadi wasit sepakbola, pengawas pertandingan dan pelatih sepakbola. Saya koleksi ijazah kala itu. Selanjutnya saya tidak pernah lepas dari olahraga, saya selalu di lapangan,” ungkap bapak tujuh orang anak ini.
Masa mudanya bisa dibilang biasa saja. Kala itu, keinginannya untuk mewakili Kota Malang selalu menemui jalan buntu. Namun Suprapto justru mengukir nama di usia senja. Setelah usia lanjut, ia bertekad untuk tetap menjaga kesehatan. 

“Saya programkan untuk lari-lari di Stadion Gajayana. Kemudian seorang teman mengajak saya untuk lomba lari kejuaraan Persatuan Atlet Veteran Indonesia tahun 1991. Dari situlah saya merasa senang berkompetisi dan berlanjut hingga sekarang ini,” urai lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Atlet Master Indonesia (PAMI) ini.
Tak bisa dibohongi, kondisi fisiknya tentu tak setangguh dulu. Oleh karena itu, program latihannya di PAMI selalu disesuaikan dengan umur dan kondisi peserta. Untuk persiapan lomba lari 400 meter, dia memprogram sepuluh kali latihan berlari 300 meter dengan limit waktu 55 – 60  detik dan istirahat 25 menit. Untuk lari 450 meter dengan limit waktu 90 – 100 detik dengan istirahat selama 25 menit.
Keduanya dilakukan sebanyak dua kali setiap satu sesi latihan. Semakin mendekati waktu berlatih, dia menggenjot dengan latihan kecepatan (sprint) 50 m, 100 m, dan 120 m masing-masing dengan kecepatan penuh.  Sedangkan untuk 200 meter, latihan dilakukan dnegan berlari 150 meter dengan limit waktu 20 – 25 detik. Kemudian berlari 250 meter dengan limit waktu 35 – 40 detik dan istirahat selama 25 menit. 
Latihan tersebut juga dilakukan sebanyak dua kali. Untuk latihan di rumah, biasanya hanya 15 menit atau sesuai dengan kebutuhan. Kalau latihan rutin setiap hari Selasa dan Jumat di Stadion Gajayana pada pukul 08.00- 09.00 WIB. 
 “Tujuan kami hanya untuk menjaga kesehatan, jadi berlatihnya disesuaikan dengan kemampuan. Kalau sanggup ya ditambah, kalau tidak ya cukup jalan saja. Nah yang unggul, akan diikutkan lomba,” terang warga Perum Sarimadu Desa Sitirejo Wagir Kabupaten Malang ini.
 Pada kejuaraan Malaysia Internasional Open 2016 lalu, Suprapto keluar menjadi juara dua untuk jarak lari 200 meter dengan tenggat waktu 28 detik, berbeda 0,45 detik dengan juara pertama. Sedangkan untuk lari 400 meter, perbedaan 0,75 detik harus membuatnya puas berada di juara 2. Ia pernah ikuti kejuaraan serupa di Taiwan dan Singapura.

(sumber: malang-post.net)
Share on Google Plus

About Admin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment